Caranya:
a) cari puluhan yang terbesar,
b) puluhan terbesar kita kuadratkan,
c) hasilnya kita kurangi dengan nilai kuadra dari satuan dalam kelompok bilangan terbesar.
Misalnya: 23x37, memiliki puluhan selisih satu (2 dengan 3), puluhan terbesarnya adalah 30 dan satuan dari puluhan terbesarnya adalah 7. Dengan mencongak saja kita bisa menghitung bahwa 30 kuadrat = 900, dan 7 kuadrat = 49 sehingga 900-49=851. Angka 851 sama dengan hasil akhir dari 23x37. Contoh lain:32x48=1536 diperoleh dari 40 kuadrat =1600 dan 8 kuadrat = 64 sehingga 1600-64 menjadi 1536. OKE?
Tapi tunggu dulu. Perkalian jenis ini memiliki dua syarat, yakni angka puluhan pertama dan kedua selisih satu, dan jumlah satuan yang di depan dan belakang adalah 10.
Sabtu, 26 Februari 2011
Perkalian dengan PULUHAN yang sama secara Cepat
Mengalikan dua kelompok bilangan yang nilai puluhannya sama bisa dilakukan dengan lebih cepat. Kelompok angka 72 x 78, misalnya, memiliki angka puluhan yang sama, yakni 7, sehingga bilangan semacam ini bisa dikalikan dengan cepat dengan cara:
a) angka puluhan yang di depan ditambah sati (7 + 1 =8) lalu dikalikan dengan angka puluhan yang di belakang. Jadi, 8 x 7 = 56
b) Kalikan angka satuan dengan satuan (2x8=16).
C) Kedua hasil akhir digabung, dalam hal ini: 56 dan 16. Buktikan 72 x 78 = 5616.
Contoh yang lain? 37 x 33= ...
(3 + 1) x 3 = 12
7 x 3 = 21
maka 37 x 33 = 1221
a) angka puluhan yang di depan ditambah sati (7 + 1 =8) lalu dikalikan dengan angka puluhan yang di belakang. Jadi, 8 x 7 = 56
b) Kalikan angka satuan dengan satuan (2x8=16).
C) Kedua hasil akhir digabung, dalam hal ini: 56 dan 16. Buktikan 72 x 78 = 5616.
Contoh yang lain? 37 x 33= ...
(3 + 1) x 3 = 12
7 x 3 = 21
maka 37 x 33 = 1221
Selasa, 22 Februari 2011
Lenggang
Lenggang
PostDateIconSenin, 25 Oktober 2010 00:00 | PostAuthorIconDitulis oleh Irzen Hawer |
Dari cara dia bicara, terlihat apa yang dibicarakannya seolah-olah amat penting. Sangat serius. Wajahnya dimajukan ke depan - ke arah lawan bicaranya. Padahal yang dibicarakannya sering soal remeh-temeh. Kalau hal-hal yang besar, dia jarang dibawa-bawa orang. Dia kebagian selalu masalah-masalah yang kecil.
Kerut-kerut keningnya, gerinyit-gerinyit alisnya adalah ciri khasnya waktu bicara. Dan lawan bicaranya tidak pernah betah berhadapan dengan dia. Dia sangat membosankan. Dia suka memotong pembicaraan. Baru mulai lawan bicaranya ngomong langsung dipotongnya. Dia suka memonopoli pembicaraan. Padahal pendapatnya, analisanya, dugaannya terhadap persoalan yang sedang dibahas amatlah sangat dangkal. Dan lawan bicaranya tidak punya kesempatan membantah pernyataannya.
PostDateIconSenin, 25 Oktober 2010 00:00 | PostAuthorIconDitulis oleh Irzen Hawer |
Dari cara dia bicara, terlihat apa yang dibicarakannya seolah-olah amat penting. Sangat serius. Wajahnya dimajukan ke depan - ke arah lawan bicaranya. Padahal yang dibicarakannya sering soal remeh-temeh. Kalau hal-hal yang besar, dia jarang dibawa-bawa orang. Dia kebagian selalu masalah-masalah yang kecil.
Kerut-kerut keningnya, gerinyit-gerinyit alisnya adalah ciri khasnya waktu bicara. Dan lawan bicaranya tidak pernah betah berhadapan dengan dia. Dia sangat membosankan. Dia suka memotong pembicaraan. Baru mulai lawan bicaranya ngomong langsung dipotongnya. Dia suka memonopoli pembicaraan. Padahal pendapatnya, analisanya, dugaannya terhadap persoalan yang sedang dibahas amatlah sangat dangkal. Dan lawan bicaranya tidak punya kesempatan membantah pernyataannya.
Puisi-puisi Fahrul Satria Nugraha
Kamis, 2 Desember 2010 | 03:16
bukit siliwangi
dengan segenggam ubi kutatap jemari, seakan tercium aroma darah tatkala harimau tumbang tertusuk duri perak di kerongkongnya
hatiku cemas, di kala kau jamahi rimba memoar yang penyap, terkikis tanya dan kau teguh atas sayup sarau hidup yang mengusik sebuah kisah
lalu, tak kau sadari kau injak cena lusuh bertajuk fakir atas fatwa si cenayang jangak, terpeluk awan guntur berawas pelak
seringai rembulan bangkitkan roh terdahulu, atas nama gemerusuk angin gelebah, yang mengusik sukma di tengah gelegap tanah merah yang hiasi gempita di purnama itu
di desa, keluh kesah wanita tua menyambut batang hidungmu dengan sepetak tanah berhias kamboja. kepala warispun datang dengan kemaruknya.
tidakkah engkau tahu, pikirnya; secarik kertas lebih mulia di atas yang lebih mulia dan sehelai jasa tidaklah berharga dibandingkan dengan tahta sekantung emas
sang leluhur tertawa, menangis dalam doa-doa: nafasnya sunyi senyap dibayangi ringkikan kuda hitam, yang enggan pergi, menanti rumput segar saat sang fajar menghampirinya di tempat penghujung dasar hasrat yang tunai
adakah tunas ingat padaku, wahai sang raja muda?
tarian seusai senja
gudang tua itu berbisik;
topeng telah menjadi benar-benar topeng
lapuk dingin berlumut, hijau berjamur
topeng kini tiada wajah dipakai
tergeletak mengadah langit menguntil secercah cahaya di atap berkarat
topeng kini coklat pekat
debu tebal, pahit melilit raut bersama jaring melambai-lambai
angin berlalu, kisah lampau menyeruak
hinggap disemak-semak
rintihan penari tua mulai sekarat;
menatap tabu kepulan asap, tarian seusai senja.
matanya putih, lengannya putih, nadinya putih, bajunya putih
dan kapas yang menyumbat liang
di sekujur tubuhnya berbisik:
hidup-hidup-hidup
tentang pelangi
terlihat jamak tatapan sayu kala itu
tertutup kaca, kedua bola mata berayun dalam lirikan malaikat
hatinya nampak putih diiringi tetabuhan surga
yang mengalun indah dirindangnya pepohonan senja
sering kulihat kau berdiam diri di rumah Tuhan,
bersembunyi dalam gelagap terik matahari
datang dan menghilang tanpa jejak
aku tak sungkan termenung dalam pelangi di tengah hujan
bersenandung bersama sajak-sajak matahari yang tertiup embun di kaki bukit perahu
walau derita yang kudapat, namun tak seberapa hebat, kugenggam sebuah anugerah
berharap mengukir kisah dalam sebuah ikatan persahabatan
dalam temaramnya sinar kehidupan
aku menanti datangnya cerita esok hari
Fahrul Satria Nugraha. Lahir di Bandung, 21 November 1992. Pelajar SMA Negeri 1 Lembang. Penikmat seni dan aktif mengikuti berbagai perlombaan di bidang seni sastra dan rupa. Pernah menjuarai lomba poster tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) bertemakan “Pertanian”. Saat ini tengah berjuang untuk lulus ujian nasional dan masuk ke perguruan tinggi negeri jurusan seni rupa atau sastra Indonesia.
Alamat: Jalan Mutiara II no. 135 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, 40391
Email: fahrul.satria@gmail.com
Facebook: Fahrul Satria N
Kamis, 2 Desember 2010 | 03:16
bukit siliwangi
dengan segenggam ubi kutatap jemari, seakan tercium aroma darah tatkala harimau tumbang tertusuk duri perak di kerongkongnya
hatiku cemas, di kala kau jamahi rimba memoar yang penyap, terkikis tanya dan kau teguh atas sayup sarau hidup yang mengusik sebuah kisah
lalu, tak kau sadari kau injak cena lusuh bertajuk fakir atas fatwa si cenayang jangak, terpeluk awan guntur berawas pelak
seringai rembulan bangkitkan roh terdahulu, atas nama gemerusuk angin gelebah, yang mengusik sukma di tengah gelegap tanah merah yang hiasi gempita di purnama itu
di desa, keluh kesah wanita tua menyambut batang hidungmu dengan sepetak tanah berhias kamboja. kepala warispun datang dengan kemaruknya.
tidakkah engkau tahu, pikirnya; secarik kertas lebih mulia di atas yang lebih mulia dan sehelai jasa tidaklah berharga dibandingkan dengan tahta sekantung emas
sang leluhur tertawa, menangis dalam doa-doa: nafasnya sunyi senyap dibayangi ringkikan kuda hitam, yang enggan pergi, menanti rumput segar saat sang fajar menghampirinya di tempat penghujung dasar hasrat yang tunai
adakah tunas ingat padaku, wahai sang raja muda?
tarian seusai senja
gudang tua itu berbisik;
topeng telah menjadi benar-benar topeng
lapuk dingin berlumut, hijau berjamur
topeng kini tiada wajah dipakai
tergeletak mengadah langit menguntil secercah cahaya di atap berkarat
topeng kini coklat pekat
debu tebal, pahit melilit raut bersama jaring melambai-lambai
angin berlalu, kisah lampau menyeruak
hinggap disemak-semak
rintihan penari tua mulai sekarat;
menatap tabu kepulan asap, tarian seusai senja.
matanya putih, lengannya putih, nadinya putih, bajunya putih
dan kapas yang menyumbat liang
di sekujur tubuhnya berbisik:
hidup-hidup-hidup
tentang pelangi
terlihat jamak tatapan sayu kala itu
tertutup kaca, kedua bola mata berayun dalam lirikan malaikat
hatinya nampak putih diiringi tetabuhan surga
yang mengalun indah dirindangnya pepohonan senja
sering kulihat kau berdiam diri di rumah Tuhan,
bersembunyi dalam gelagap terik matahari
datang dan menghilang tanpa jejak
aku tak sungkan termenung dalam pelangi di tengah hujan
bersenandung bersama sajak-sajak matahari yang tertiup embun di kaki bukit perahu
walau derita yang kudapat, namun tak seberapa hebat, kugenggam sebuah anugerah
berharap mengukir kisah dalam sebuah ikatan persahabatan
dalam temaramnya sinar kehidupan
aku menanti datangnya cerita esok hari
Fahrul Satria Nugraha. Lahir di Bandung, 21 November 1992. Pelajar SMA Negeri 1 Lembang. Penikmat seni dan aktif mengikuti berbagai perlombaan di bidang seni sastra dan rupa. Pernah menjuarai lomba poster tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) bertemakan “Pertanian”. Saat ini tengah berjuang untuk lulus ujian nasional dan masuk ke perguruan tinggi negeri jurusan seni rupa atau sastra Indonesia.
Alamat: Jalan Mutiara II no. 135 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, 40391
Email: fahrul.satria@gmail.com
Facebook: Fahrul Satria N
Jangan minta saya berhenti sekarang!
Ketika Anda merasa sangat lelah, ketika tenaga dan pikiran seperti terkuras, ketika mata ingin terpejam, sementara tugas yang harus Anda selesaikan masih sangat banyak, katakanlah pada diri sendiri: jangan minta saya berhenti sekarang!
Katakan itu dan teruslah bekerja. Anda tidak akan mati kecapaian karenanya. Justru Anda akan menjadi lebih berenerga dan bersemangat daripada sebelumnya, pikiran Anda akan lebih jernih dan kreatif daripada sebelumnya.
Yang membuat gagal meraih kesuksesan adalah karena Anda takut untuk memulai. Dan ketika langkah pertama dan langkah-langkah berikutnya telah dibuat, tak jarang pula orang berhenti di tengah jalan padahal kesuksesaan sebenarnya sudah sedemikian dekat dengannya.
Padahal yang perlu Anda lakukan hanyalah konsisten dan semangat pantang menyerah. Ketika Anda sudah sangat kelelahan berlari, berjalanlah dan atur napas Anda. Jika berjalan saja kaki Anda sudah tak mampu, merangkaklah, bergulinglah, apa pun itu jangan pernah berhenti! Tidak ada sesuatu pun yang bisa menghentikan langkah Anda, kecuali diri Anda sendiri.
Teruslah melangkah maju menuju mimpi Anda, dan suatu ketika Anda akan tiba di sana. (Dikutip dari Motivasi Dosis Tinggi, William Tanuwijaya)
Ketika Anda merasa sangat lelah, ketika tenaga dan pikiran seperti terkuras, ketika mata ingin terpejam, sementara tugas yang harus Anda selesaikan masih sangat banyak, katakanlah pada diri sendiri: jangan minta saya berhenti sekarang!
Katakan itu dan teruslah bekerja. Anda tidak akan mati kecapaian karenanya. Justru Anda akan menjadi lebih berenerga dan bersemangat daripada sebelumnya, pikiran Anda akan lebih jernih dan kreatif daripada sebelumnya.
Yang membuat gagal meraih kesuksesan adalah karena Anda takut untuk memulai. Dan ketika langkah pertama dan langkah-langkah berikutnya telah dibuat, tak jarang pula orang berhenti di tengah jalan padahal kesuksesaan sebenarnya sudah sedemikian dekat dengannya.
Padahal yang perlu Anda lakukan hanyalah konsisten dan semangat pantang menyerah. Ketika Anda sudah sangat kelelahan berlari, berjalanlah dan atur napas Anda. Jika berjalan saja kaki Anda sudah tak mampu, merangkaklah, bergulinglah, apa pun itu jangan pernah berhenti! Tidak ada sesuatu pun yang bisa menghentikan langkah Anda, kecuali diri Anda sendiri.
Teruslah melangkah maju menuju mimpi Anda, dan suatu ketika Anda akan tiba di sana. (Dikutip dari Motivasi Dosis Tinggi, William Tanuwijaya)
Langganan:
Postingan (Atom)