Selasa, 22 Februari 2011

Puisi-puisi Fahrul Satria Nugraha

Kamis, 2 Desember 2010 | 03:16


bukit siliwangi


dengan segenggam ubi kutatap jemari, seakan tercium aroma darah tatkala harimau tumbang tertusuk duri perak di kerongkongnya

hatiku cemas, di kala kau jamahi rimba memoar yang penyap, terkikis tanya dan kau teguh atas sayup sarau hidup yang mengusik sebuah kisah

lalu, tak kau sadari kau injak cena lusuh bertajuk fakir atas fatwa si cenayang jangak, terpeluk awan guntur berawas pelak

seringai rembulan bangkitkan roh terdahulu, atas nama gemerusuk angin gelebah, yang mengusik sukma di tengah gelegap tanah merah yang hiasi gempita di purnama itu

di desa, keluh kesah wanita tua menyambut batang hidungmu dengan sepetak tanah berhias kamboja. kepala warispun datang dengan kemaruknya.

tidakkah engkau tahu, pikirnya; secarik kertas lebih mulia di atas yang lebih mulia dan sehelai jasa tidaklah berharga dibandingkan dengan tahta sekantung emas

sang leluhur tertawa, menangis dalam doa-doa: nafasnya sunyi senyap dibayangi ringkikan kuda hitam, yang enggan pergi, menanti rumput segar saat sang fajar menghampirinya di tempat penghujung dasar hasrat yang tunai

adakah tunas ingat padaku, wahai sang raja muda?



tarian seusai senja


gudang tua itu berbisik;

topeng telah menjadi benar-benar topeng

lapuk dingin berlumut, hijau berjamur

topeng kini tiada wajah dipakai

tergeletak mengadah langit menguntil secercah cahaya di atap berkarat

topeng kini coklat pekat

debu tebal, pahit melilit raut bersama jaring melambai-lambai

angin berlalu, kisah lampau menyeruak

hinggap disemak-semak

rintihan penari tua mulai sekarat;

menatap tabu kepulan asap, tarian seusai senja.

matanya putih, lengannya putih, nadinya putih, bajunya putih

dan kapas yang menyumbat liang

di sekujur tubuhnya berbisik:

hidup-hidup-hidup


tentang pelangi



terlihat jamak tatapan sayu kala itu

tertutup kaca, kedua bola mata berayun dalam lirikan malaikat

hatinya nampak putih diiringi tetabuhan surga

yang mengalun indah dirindangnya pepohonan senja

sering kulihat kau berdiam diri di rumah Tuhan,

bersembunyi dalam gelagap terik matahari

datang dan menghilang tanpa jejak

aku tak sungkan termenung dalam pelangi di tengah hujan

bersenandung bersama sajak-sajak matahari yang tertiup embun di kaki bukit perahu

walau derita yang kudapat, namun tak seberapa hebat, kugenggam sebuah anugerah

berharap mengukir kisah dalam sebuah ikatan persahabatan

dalam temaramnya sinar kehidupan

aku menanti datangnya cerita esok hari

Fahrul Satria Nugraha. Lahir di Bandung, 21 November 1992. Pelajar SMA Negeri 1 Lembang. Penikmat seni dan aktif mengikuti berbagai perlombaan di bidang seni sastra dan rupa. Pernah menjuarai lomba poster tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) bertemakan “Pertanian”. Saat ini tengah berjuang untuk lulus ujian nasional dan masuk ke perguruan tinggi negeri jurusan seni rupa atau sastra Indonesia.

Alamat: Jalan Mutiara II no. 135 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, 40391

Email: fahrul.satria@gmail.com

Facebook: Fahrul Satria N